Home » » Bahaya Kekerasan Emosional

Bahaya Kekerasan Emosional

Pertanyaan: Bu Rossa, saya pernah mendengar tentang bentuk-bentuk kekerasan yang mungkin dialami seseorang, dalam sebuah hubungan yang tidak sehat. Di antaranya adalah kekerasan fisik dan kekerasan emosional. Seperti apakah kekerasan emosional? Saya punya teman yang stres dan sepertinya tertekan dengan pasangannya. Tapi anehnya dia tidak mau berpisah.
Mohon penjelasan seperti apa tanda-tanda orang yang mengalami kekerasan dalam hubungan. Terima kasih.

Andita, Jakarta

Jawaban: Dalam membina hubungan, setiap pasangan selalu mendambakan hubungan harmonis dan sehat. Tetapi seringkali justru salah satu pihak lebih dominan dan melakukan berbagai kekerasan karena ia merasa berada dalam posisi yang lebih kuat. Kekerasan dalam sebuah hubungan dibagi menjadi tiga: Kekerasan fisik, seksual, dan emosional. Kekerasan fisik dan seksual memang sebagian besar dilakukan pria, namun untuk urusan kekerasan emosional, wanita juga sering melakukannya.

Kali ini kita khusus membahas mengenai kekerasan emosional dalam sebuah hubungan. Banyak orang berpikir kekerasan fisik lebih fatal daripada kekerasan emosional. Faktanya, keduanya samasama berakibat fatal. Jika kekerasan fisik dapat berakibat luka badan, cacat, dan kematian, kekerasan emosional dapat menyebabkan luka batin yang dalam.

Tentu saja, karena berhubungan dengan perasaan, maka kekerasan emosional sulit dibuktikan dan lebih jarang terekspos dibanding kekerasan fisik. Bentuk dari kekerasan emosional bermacam-macam:
- Verbal (membentak, menyalahkan, mempermalukan, menghina).
- Finansial (melarang pasangan bekerja, menguasai keuangan, mengontrol keuangan dengan keras).
- Isolasi dari dunia luar.
- Intimidasi.
- Tidak mempedulikan pasangan.
- Mengendalikan hidup pasangan, dan banyak lagi.

Ada dua pihak yang terlibat dalam kekerasan emosional dalam sebuah hubungan: Si pelaku kekerasan: Orang yang berada dalam peran ini adalah orang yang selalu menuntut untuk dihormati dan takut ditinggalkan (posesif). Sering juga terjadi, ia memiliki rasa sakit hati dan trauma karena peristiwa masa lalu (oleh orang tua atau teman-temannya) sehingga ia melampiaskannya justru kepada orang yang diklaim ia cintai.

Berikut ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dari pelaku:
- Mengabaikan perasaan pasangan.
- Tidak menghormati pasangan.
- Menjelek-jelekkan dan mengejek pasangan di tempat umum.
- Tidak memberikan apresiasi dan kasih sayang.
- Memastikan pasangan tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
- Mengancam.
- Memanipulasi dengan kebohongan.
- Menuntut sesuatu yang tidak masuk akal.
- Memberikan batasan yang tidak realistis.

Si korban: Cukup sulit untuk mengidentifikasi dan menilai korban kekerasan emosional tanpa kita tanya sendiri atau si korban bercerita. Kita harus peka terhadap tanda-tanda berikut ini:

Perasaan depresi.
- Penarikan diri dari interaksi sosial.
- Diisolasi dari teman dan keluarga.
- Kepercayaan diri yang rendah.
- Sering terlihat takut.
- Sering gelisah.
- Merasa malu.
- Tidak mempercayai orang lain.
- Sering menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
- Mencoba bunuh diri.
- Emosi tidak stabil.
- Sering berbohong.
- Merasa pesimis dengan hidup.
- Memakai narkoba.
- Menghindari kontak mata.

Ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dalam sebuah hubungan. Tanda-tanda tersebut awalnya akan tampak kurang jelas, tetapi seiring waktu berjalan, apabila kita tidak berusaha untuk menyelesaikannya maka pelaku kekerasan emosional akan semakin menjadi-jadi dan semakin jelas melakukan kekerasan itu.

Akibat utama dari kekerasan emosional adalah si korban takut untuk ditinggalkan. Di banyak kasus, si korban percaya bahwa tidak ada orang lain yang suka/ingin bersama dirinya, kecuali si pelaku. Sehingga ia terus berada di situasi yang tidak menyenangkan itu. Si korban merasa malu dan terus menyimpan rahasia tentang kekerasan yang dialami.

Jika kekerasan emosional ini diteruskan maka dapat memperburuk keadaan orang itu dan dapat membawa ia ke gangguan psikologis dan emosional.

Saat Anda mengalami kekerasan ini atau jika kamu mengamati seseorang yang mengalaminya, maka kamu harus berkonsultasi dan mencari bantuan dari polisi maupun profesional. Jalan terbaik untuk mencegah kekerasan emosional adalah kesadaran pribadi dan pemahaman terhadap hak dan kewajiban kita. Adalah hak setiap orang untuk dicintai, dihormati dan diperlakukan dengan baik.
 
Sumber: koran-jakarta.com
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...