Ketua Umum PDIP, Megawati, sudah tidak tahan lagi,
menghadapi desakan dari kalangan konglomerat Cina, yang sudah begitu
luar biasa memberikan dukungan kepada Jokowi, yang sejatinya masih
keturunan Cina, maju menjadi calon presiden pada pilpres 2014, Jum’at,
14/3/2014.Sebenarnya Jokowi adalah punya nama Cina yaitu Wie Jo Koh. Nama ini
diberikan oleh orang tuanya berdasarkan nama seorang leluhurnya yang
pertama kali datang ke Indonesia, Wie Jok Nyan. Sehingga jelaslah
Jokowi adalah seorang Cina bermarga Wie.
Sejak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, belum ada progres apapun,
seperti mengatasi banjir, kemacetan, dan sejumlah masalah sosial di
Jakarta, termasuk soal korupsi, sebaliknya dalam pengadaan 1.000 bus
Transjakarta, yang senilai Rp 1 triliun, sudah terbukti adanya kolusi
dan korupsi, dan melibatkan pendukungnya. Bagaimana kalau jadi presiden, pasti akan mengulangi sejarah
Megawati, yang memberikan ampunan konglomerat Cina, yang sudah merampok
dan ngemplang dana BLBI Rp. 650 triliun?
Akibat kasus bail out BLBI itu, bangsa Indonesia menjadi 'kere dan
jembel', dan uang itu dikeruk para konglomerat Cina, tidak dibayar,
sementara sampai sekarang pemerintah melalui APBN harus masih terus
membayar bunganya, setiap tahun, puluhan triliun, sampai tahun 2030!. Tetapi konglomerat Cina, diantaranya James Riyadi, pemilik LIPPO yang
sudah menjadikan Jokowi sebagai ‘boneka’, melalui media massa, termasuk
media sosial, dan sejumlah sukarelawan menggelembungkan nama Jokowi, ke
tingkat paling atas.
Sekarang 'boneka' itu benar-benar dimainkan menjadi calon presiden,
guna merengkuh kekuasaan. Bahkan, di situs-situs dan media massa, sudah
menampilkan gambar Jokowi sudah menggunakan seragam presiden dan berada
di Istana. Jasmev (Jokowi-Ahok sosial media valunteer), membanjiri berbagai
tulisan yang menyanjung Jokowi, kemudian membuat survei secara konsisten
dengan menempatkan Jokowi diurutan paling atas diantara para calon
presiden. Inilah yang mempengaruhi opini nasional, seakan Jokowi manusia
'ajaib' yang bisa memberikan obat mujarab bagi bangsa Indonesia.
Kelompok-kelompok 'politik' pendukung Jokowi dengan menggunakan nama
PDIP ‘Projo’ (Pro-Jokowi) terus mendesakkan kepada Mega agar segera
menetapkan Jokowi, sebagai calon presiden dari PDIP dalam pemilu
presiden tahun 2014 ini. Nampaknya, desakan-desakan berbagai kelompok
kepentingan, membuat Mega harus menerima, dan kemudian mendeklarasikan
pencalonan Jokowi sebagai calon presiden dari PDIP.
Skenario yang bakal terjadi pasca pemilu legislatif dan pemilu
presiden 2014, di mana PDIP mendapat suara mayoritas di parlemen, dan
Jokowi menang, maka sekaligus presiden Indonesia keturunan Cina, dan
ibukota Republik Indonesia, Jakarta, beralih ke tangan A Hok. Benar-benar seperti dalam cerita silat, sekali tepuk ‘dua nyawa’.
Cina mengangkangi Republik Indonesia, sekaligus mengangkangi ibukota
Jakarta. Pribumi hanya menjadi 'budak' dan 'kuli' orang Cina. Sumber: voa-islam.com
BACA JUGA:
0 comments:
Post a Comment