Sebuah blog Intelijen yang ditulis oleh
Senopati Wirang mencoba memberikan bantahan terhadap keterlibatan tokoh
Yahudi Kiri Liberal Stanley Bernhad Greenberg dalam merekayasa
pembentukan citra palsu, peningkatan popularitas dan elektabilitas
Jokowi. Berikut ini tanggapan terhadap argumentasi Senopati Wirang.
Tanggapan pertama mengenai konfirmasi keterlibatan Kantor Greenberg
Quinlan Rosner Research yang menurut Senopati Wirang tidak ada catatan
atau konfirmasi bahwa kantor konsultan Greenberg itu terlibat, digunakan
atau disewa oleh Jokowi atau pun tim Jokowi. Wirang bahkan sampai
mencantumkan nomor telpon kantor Greenberg jika ada pihak tertentu ingin
menanyakan perihal hal tersebut.
Bagi siapa pun yang membaca penjelasan Wirang itu tentu ada rasa geli di
dalam hati. Bagaimana mungkin keterlibatan kantor Greenberg Quinlan
Rosner Research dalam merekayasa citra palsu Jokowi akan diumumkan
secara terbuka. Sebaliknya, keterlibatan Greenberg sedapat mungkin
dirahasiakan. Kenapa ? Pertama, karena Greenberg dikenal luas sebagai
sosok Yahudi kiri liberal. Frase / kata 'Yahudi' saja sudah menimbulkan
alergi antipati mayoritas rakyat Indonesia, apalagi paham kiri liberal
yang dianut Greenberg, pasti menimbulkan reaksi negatif yang luar biasa
dari rakyat Indonesia dan berdampak antipati rakyat terhadap Jokowi,
figur yang dibantu Greenberg pencitraan dan kemenangannya.
Sosok Greenberg sebagai konsultan politik yang berhasil mengubah
persepsi rakyat Amerika Serikat (AS) dan militer AS, dari yang semula
menentang Lesbian, Gay, Transgender dan Biseksual (LGBT) menjadi
berbalik mendukung LGBT merupakan tokoh yang dianggap sebagai perusak
nilai - nilai agama dan budaya luhur yang menjunjung tinggi kodrat
kemanusiaan. Greenberg adalah pahlawan bagi kelompok lesbian, gay,
transgender daj biseksual, yang kini mendapat tempat seluas - luasnya di
AS dan militer AS.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang mengetahui sepak terjang
Greenberg dalam mengubah persepsi dan perilaku manusia melalui
pembentukan opini publik, Greenberg tak ubahnya seperti bahaya laten
komunis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Tokoh kiri
liberal yahudi ini merusak nilai - nilai agamis pancasilais yang
menjadi dasar hidup rakyat dan bangsa Indonesia.
Keterlibatan Stanley Greenberg dalam pencitraan palsu Jokowi adalah
bersifat sangat rahasia dan pasti tidak akan diakui secara resmi. Namun,
jejak Greenberg dalam setiap pencitraan Jokowi (termasuk Ahok) dapat
dibuktikan dengan ketelitian dan kecermatan kita menganalisa metode dan
strategi pencitraan yang ditampilkan Jokowi (dan ahok).
Jejak pertama keterlibatan Stanley Greenberg pada rekayasa citra Jokowi
adalah keikutsertaan / nominasi Jokowi di seleksi walikota terbaik dunia
melalui The Mayors Foundation. Lembaga ini dipilih sebagai salah satu
cara mengorbitkan nama Jokowi karena tidak memerlukan persyaratan atau
kriteria yang rumit. Siapa saja bisa diajukan sebagai nomine dan siapa
saja bisa memberikan suara dukungan (vote) secara online. Lebih mudah
Jokowi menang di The Mayors Foundation daripada peserta Indonesian Idol
atau acara idol - idolan lain. Cukup dengan mengerahkan ratusan sampai
ribuan orang yang dibayar murah untuk berikan suara dukungan / pilihan
untuk Jokowi melalui online.
Keikutsertaan Jokowi diseleksi di Mayors Faoundation itu kemudian
dieksploitasi habis - habisan oleh media - media nasional dan lokal yang
sudah merupakan bagian dari tim pencitraan Jokowi. Tidak ketinggalan
media luar negeri yang merupakan jaringan Stan Greenberg atau James
Riady cs untuk memberikan apreasiasi, liputan luas dan testimoni -
testimoni yang sangat kental kebohongannya.
Jejak kedua dapat dilihat dari aktifitas Jokowi sehari - hari yang lebih
banyak ditujukan atau untuk kepentingan pencitraan diri Jokowi dengan
liputan media secara masif dan kontiniu. Semua gerak langkah, tingkah
laku, perbuatan, dan seterusnya dimuat tanpa henti oleh media. Kegiatan -
kegiatan Jokowi ini dikombinasi dengan program - program populis yang
dibiayai APBD tapi lebih merupakan program untuk kepentingan pencitraan
Jokowi daripada kepentingan umum / rakyat. Mulai dari acara pesta sambut
tahun baru, ulang tahun Jakarta, konser Metalica, festival keraton
sedunia dan seterusnya hingga kedatangan - kedatangan selebriti dunia
yang khusus diundang untuk memberikan bobot pencitraan Jokowi. Persis
konsepnya dengan konsep Stan Greenberg ketika mengorbitkan Clinton
sebagai capres AS pada tahun 1991 - 1992.
Jejak ketiga adalah pola pembagian tugas antara Jokowi dan Ahok. Jokowi
sibuk pencitraan sesuai arahan Stan Greenberg, Ahok diarahkan untuk
mengubah nilai - nilai agamis dan Pancasilais menjadi kiri liberal
sekuler sesuai dengan tujuan mereka untuk memberikan ruang yang lebih
besar di kalangan rakyat Indonesia bagi kelompok non muslim dan sekuler
menjadi pemimpin negara. Pernyataan - pernyataan dan kebijakan -
kebijakan Ahok yang memancing konflik sosial dan polemik sosial itu
dilakukan secara sistematis : mempertentangkan agama dengan konstitusi,
menghina Muhammadiyah, melecehkan betawi dan FPI, menempatkan Susan
yang murtad sebagai Lurah di Lenteng Agung yang dikenal sebagai basis
muslim tradisional dan seterusnya. Tugas khusus Ahok sesuai arahan
Greenberg adalah agent of change utk nilai - nilai islam dan pancasila
menjadi nilai -nilai sekuler. Ahok tidak perlu pencitraan diri dan
mengejar kekuasaan karena jika Jokowi menjadi Presiden RI secara
otomatis Ahok akan menjadi Gubernur DKI. Kemenangan bagi kubu James
Riady cs yang dibantu penuh Greenberg. Dan kehancuran total untuk rakyat
Indonesia.
Jejak keempat Stan Greenberg terlihat dari kunjungan - kunjungan para
tokoh menemui Jokowi yang masih merupakan jaringan Greenberg seperti
Evan Greenberg yang berkunjung ke Jakarta Juli 2013 lalu mengatasnamakan
Ketua Perdagangan AS - Indonesia, lembaga yang sebelumnya tak pernah
terdengar. Atau kedatangan Menlu Inggris ke Balaikota DKI temui Jokowi
sambil menyelundupkan Duta Besar Israel untuk Singapura dalam
rombongannya.
Jejak kelima Stan Greenberg adalah keanggotaannya di Arkansas Connection
yang terkait erat dengan James Riady yang juga anggota Arkansas
Connection. Paguyuban Arkansas Connection dikenal di AS sebagai sebuah
kelompok yang memiliki pengaruh besar terhadap pemerintahaan Obama,
dimana Bill dan Hilary Clinton sebagai tokoh utama Arkansas Connection
sekaligus penasihat bagi presiden Obama.
Jejak keenam Stan Greenberg terlihat dari keterlibatannya dalam
mengkoordinasi dan sinkronisasi jaringan media dalam dan luar negeri
untuk pembentukan opini dan citra positif Jokowi dengan menampilkan
kehebatan - kehebatan palsu Jokowi dan menutupi semua kelemahan -
kelemahan dan kegagalan - kegagalan Jokowi. Penguasaan lebih 80% media
massa nasional dan pembentukan kanal - kanal berita khusus Jokowi di
Kompas, Detik dan seterusnya itu adalah bagian dari rencana besar
Greenberg.
Jejak ketujuh Greenberg dapat dilihat pada atensinya secara pribadi yang
besar terhadap sosok Jokowi. Greenberg konsultan politik dan ahli
poling nomor satu dunia ini tanpa sungkan mempromosikan Jokowi yang
'hanya' seorang Gubernur Jakarta, ditengah - tengah kesibukannya yang
luar biasa menangani ratusan politisi kelas dunia yang menjadi kliennya.
Peran Greenberg itu terlihat jelas ketika tanpa diketahui alasannya,
Greenberg tiba - tiba menampilkan 'hasil survey dan penelitiannya' yang
dimuat pertama sekali oleh media - media milik James Riady (First Media
Grup). Greenberg tercatat sedikitnya tiga kali turun langsung
mempromosikan Jokowi sebagai capres terkuat, capres terjujur, dan capres
yang paling dapat diterima. Semua publikasi survey dan pendapat
Greenberg itu bukanlah sesuatu kebetulan belaka melainkan erat
hubungannya dengan posisinya sebagai otak dari tim pencitraan dan
konsultan politik Jokowi bersama - sama rekannya sesama anggota kelompok
elit Arkansas Connection, James Riady. (Raden Nuh) Sumber
BACA JUGA:
0 comments:
Post a Comment